3/11/2013

Upaca Adat Tujuh Bulanan

Upacara ritual tujuh bulanan secara harfiah adalah bentuk rasa syukur akan datangnya utusan atau wakil di bumi dari Tuhan Maha Kuasa. Maka rasa syukut ini harus disambut dengan rasa gembira, syukuran dengan simbolisasi ritual dengan sarana berupa rujak honjenje dengan kepeng genting (menyerupai bentuk uang logam). Rujak Honje  tersebut harus dibeli dengan kepeng genting. Makna yang tersirat dari ritual tujuh ini adalah:

Tujuh mengisyaratkan makna jati       
Bulan bermakna buana atau manusia
--> Tujuh Bulan bermakna manusia sejati sebagai calon pemimpin di muka bumi

Pelaksanaan upacara ritual tujuh bulanan tersebut, sang ibu dimandikan dengan air bunga atau kembang tujuh rupa dan ditambah dengan siloka yang lainnya yaitu:ikan mas, belut dan buah kelapa.
  • Kembang bermakna sukma 
  • Kembang tujuh rupa bermakna sukma sejati 
  • Tujuh bermakna sajati
  •  Lauk emas bermakna laku emas atau laku mulia (logam mulia)
  •  Belut bermakna licin atau dalam bahasa Sunda lungsur langsar, sebagai perwujudan sukma lembut dan halus
  • Kalapa bermakna kepala atau pemimpin dalam nagar (Ratu

Semua unsur atau sarana ritual ini diluncurkan dari dada melalui perut dan melintasi larangan dan harus "ditampa" atau disangga sang Ibunda dari wanita hamil tersebut,  agar tidak jatuh ke tanah. Peristiwa ini mengandung makna bahwa seluruh simbol ini tidak gagal dibawa oleh si jabang bayi, yang terdiri dari perlikau yang mulia, rasa yang halus sebagai pemimpin keluarga dan masyarakat dalam negara.

Rujak memberi makna jasa atau hukum
Honje bermakna hujung atau ajaran
Kepeng genting bermakna alat penukar atau bentuk pengorbanan
Pertukaran rujak hoonje oleh genting bermakna bahwa keilmuan atau ajaran harus ditukar denga pengorbanan berupa kesungguhan tekad atau tirakat. Simbolisasi kujang untuk upacara ritual tujuh bulanan ini adalah kujang Sajen yang bermakna satu ajaran, atau menyatu atau dalam bahasa Sunda bermakna Nyurupkeun ajaran ke jabang bayi.


Kujang Sajen





sumber: Aris Kurniawan, 2012
gambar:http://galuhrahayujogja.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar