Gedung Wisma Karya |
Wisma Karya, yang berada di pusat Kota Subang, menyimpan nilai sejarah penting bagi perjalanan kemerdekaan di tanah pasundan. Pada era penjajahan belanda, gedung Wisma Karya dijadikan tempat refreshing kaum gegeden Belanda di bawah kepemimpinan Tuan PW Hofland. Gedung ini berdiri di atas lahan seluas sekitar 1 ha dan sekarang merupakan area perkantoran. Dulunya gedung ini bernama Societeit dan dibangun pada masa perusahaan P&T Lands PW Hofland. Berdirinya perusahan P&T Lands dilatarbelakangi defisit keuangan Belanda pada masa Thomas Stanford Raffles. Sejumlah tanah kekuasaan pemerintah kolonial dijual kepada partikelir. Pada tahun 1812, Pamanukan dan Ciasem dijual kepada Muntinghe dan Shrapnell. Kemudian pada 1854 dijual lagi kepada Peter Wellem Hofland, yang kemudian perusahaan perkebunan ini dinamakan P&T Lands (Pamanukan & Tjiasem Lands).
Dalam naskah sejarah PW Hofland yang di Museum Daerah Kabupaten Subang menyebutkan, Hofland melakukan penjajahan di daerah Subang, dengan cara memperluas kekuasaan dengan menjalankan usaha di bidang perkebunan kopi. Foflan juga terkenal dengan julukan saudagar kopi. Dalam jajahannya ini Hofland menggunakan cara yang halus dan tidak diketahui rakyat pada awalnya. Namun dengan secara sengaja Hofland memang sedang menjalankan jajahannya di daerah Subang yaitu melalui perluasan tanah untuk di gunakan sebagai lahan usahanya. Selama beberapa tahun menjajah, Hofland pun berhasil memperluas kekuasaannya. Atas keberhasilannya ini, Hofland membuat kontrak dengan pemerintah Hindia-Belanda dalam bidang perdagangan kopi pada tahun 1840. Hofland turut menjadi pemilik tanah P&T (Pamanoekan & Tjiasem) Landen. Kemudian pada tahun 1858 seluruh tanah partikelir P&T Land menjadi milik pribadi Hofland. Pemerintah Hindia-Belanda kemudian memberikan kekuasaan untuk mengnagkat pejabat pemerintah partikelir yang disebut Demang pada 18 Agustus 1859.
Dengan pengangkatan pejabat pemerintahan partikelir Demang tersebut, wilayah Subang terbagi ke dalam delapan kademangan. Terdiri dari Kademangan Batu Sirap (Cisalak), Kademangan Ciherang/Wanareja, Kademangan Sagalaherang, Kademangan Pagaden, Kademangan Pamanukan, Kademangan Ciasem, Kademangan Malang/Purwadadi dan Kademangan Kalijati.
Dalam upaya mengeklusifkan diri di tanah jajahannya, kemudian Hofland bersama delapan demang mendirikan sebuah gedung diberi nama Societe atau kelompok masyarakat yang mengeksklusifkan diri. Kelompok inilah yang sering berkumpul untuk saling bersosialisasi di gedung yang sekarang dikenal dengan nama Wisma Karya. Gedung ini digunakan untuk tempat berkumpul para demang. Pada 14 Januari 1929 gedung ini direnovasi dan diresmikan Mrs WH Daukes, tujuannya sebagai tempat untuk bersosialisasi para pejabat P&T Land, tempat pertunjukan atau hiburan, olahraga, golf, bilyard dan bowling bangsa asing.
Dilihat dari arsitektur bangunannya, pada bagian kanan gedung Wisma Karya yang menghadap ke arah Bandung itu terdapat ruangan pertemuan berikut panggung. Di tempat itulah, para gegeden Belanda itu menonton film dan berdansa. Sementara pada bagian kanan, pun terdapat ruangan yang ukurannya lebih kecil dari tempat pemutaran film dan berdansa. Di belakang ruangan keduanya, terdapat beberapa ruangan yang menyerupai kantor-kantor.
Hingga saat ini arsitektur bangunan gedung bersejarah itu dipertahankan seperti aslinya. Hanya saja pemanfatannya yang mengalami perubahan. Pada sekitar dua tahun lalu, gedung Wisma Karya dijadikan kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Subang dan juga di beberapa ruangan Wisma Karya dijadikan museum benda purbakala, kalau yang dulunya tempat dansa sekarang kerap disewakan untuk event. Dan beberapa tempat lainnya digunakan untuk kantor ormas.
dirangkum dari berbagai sumber antara lain:
http://asosiasibmx.com/id/calendar/venueevents/75-wisma-karya-subang
http://www.tintahijau.com/indeks/55-budaya/703-menelurusi-sejarah-wisma-karya-doeloe-dan-kini.html
http://pasundanekspres.co.id/pasundan/4264-sejarah-gedung-wisma-karya-dan-patung-petter-willem-hofland
sumber gambar: http://intanpandinni.blogspot.com
hatur nuhun infona,kang....
BalasHapusIjin kopas utk bahan jawaban di grup bangunan kolonial
BalasHapusIjin copas dikit kak.. soalnya mau di jadiin konten untuk pengetahuan tentang sejarahnya
BalasHapus