Sejarah
Masa Prasejarah
Bukti adanya kelompok masyarakat
pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah
ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan
Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini
menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada
kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan
situs di Kampung Engkel, Kecamatan Sagalaherang. Para peneliti, sekarang
sedang meneliti situs Nyai Subanglarang, yang diduga asal-muasal nama
"Subang".
Masa Penyebaran Agama Hindu
Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3
kerajaan, yakni Tarumanagara,
Galuh,
dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan
tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada
kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa
pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa
selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh.
Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di
bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang
mengadakan perjalanan keliling Nusantara
menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur
Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah
kerajaan Sunda.
Masa Penyebaran Agama Islam
Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang
tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar
tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan
menyebarkan Agama Islam
ke berbagai pelosok Subang.
Masa Nasionalisme
Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten
Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916
di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran)
dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo
(karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P
& T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan
pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan
tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat
sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari
mendirikan cabang Partai
Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu,
Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang
Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop
Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan
serupa dengan GAPI Pusat.
Masa Pendudukan Jepang
Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret
1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan
ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian
terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan
tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui
gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru
Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.
Masa Kemerdekaan Indonesia
Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada
didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan
Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di
antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang
di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan
front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta
berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas
pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian
menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan
Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil
residen. Pada masa gerilya selama Agresi
Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang,
sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen
bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947
Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang
meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal
ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan,
rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang
berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati
pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten
Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang
Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten
Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten
Purwakarta dengan ibu kotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang
yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No.: 01/SK/DPRD/1977.
Iklim
Tingkat kemiringan dan Iklim dilihat dari
tingkat kemiringan lahan, sekitar 80.80 % wilayah Kabupaten memiliki
tingkat kemiringan 0° - 17°, 10.64 % dengan tingkat kemiringan 18° - 45°
sedangkan sisanya (8.56 % memiliki kemiringan di atas 45 °. Secara umum
wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis, dalam tahun 2005 curah hujan rata-rata
pertahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Dengan iklim yang
demikian, serta ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai, menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten
Subang digunakan untuk Pertanian.
Geografi
Wilayah Kabupaten Subang terbagi menjadi 3 bagian wilayah, yakni
wilayah selatan, wilayah tengah dan wilayah utara. Bagian selatan wilayah
Kabupaten Subang terdiri atas dataran tinggi/pegunungan, bagian tengah wilayah Kabupaten
Subang berupa dataran, sedangkan bagian Utara merupakan dataran rendah yang
mengarah langsung ke Laut Jawa.
Sebagian besar wilayah Pada bagian selatan kabupaten Subang berupa Perkebunan, baik perkebunan Negara maupun
perkebunan rakyat, hutan dan lokasi Pariwisata. Pada bagian tengah wilayah kabupaten
Subang berkembang perkebunan karet, tebu dan buah-buahan dibidang pertanian dan
pabrik-pabrik dibidang Industri, selain perumahan dan pusat pemerintahan serta
instalasi militer. Kemudian pada bagian utara wilayah Kabupaten Subang
berupa sawah berpengairan teknis dan tambak serta
pantai.
Topografi
Berdasarkan tofografinya, wilayah kabupaten Subang dapat dibagi ke dalam 3
zona, yaitu :
Daerah Pegunungan (Subang bagian selatan)
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
Daerah ini memiliki katinggian antara 500-1500 m dpl dengan luas 41.035,09 hektar atau 20 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jalancagak, Ciater, Kasomalang, Sagalaherang, Serangpanjang,sebagian besar Kecamatan Jalancagak dan sebagian besar Kecamatan Tanjungsiang.
Daerah Berbukit dan Dataran (Subang bagian tengah)
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
Daerah dengan ketinggian antara 50 – 500 m dpl dengan luas wilayah 71.502,16 hektar atau 34,85 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Zona ini meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Subang, Cibogo, Kalijati, Dawuan, Cipeundeuy, sebagian besar Kecamatan Purwadadi, Cikaum dan Pagaden Barat.
Daerah Dataran Rendah (Subang bagian utara)
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
Dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas 92.639,7 hektar atau 45,15 persen dari seluruh luas wilayah Kabupaten Subang. Wilayah ini meliputi Kecamatan Pabuaran, Pagaden, Cipunagara, Compreng, Ciasem, Pusakanagara, Pusakajaya Pamanukan, Sukasari, Legonkulon, Blanakan, Patokbeusi, Tambakdahan, sebagian Pagaden Barat.
Transportasi
Kabupaten Subang dilewati jalur utama pada wilayah Utaranya dan
dimanfaatkan juga sebagai jalur alternatif untuk ke Bandung, Cirebon atau
Tasikmalaya. Lintas Subang - Bandung melalui Kalijati semakin diminati para
pengemudi karena jalannya yang halus dan bebas hambatan apalagi setelah
dibukanya Gerbang Tol Keluar di daerah Sadang. Persimpangan Jalancagak
merupakan persimpangan strategis karena dari persimpangan tersebut dapat
menjangkau Bandung - Sumedang - Sadang melalui Wanayasa dan Kota Subang
sendiri. Bila dilihat dari pola jaringan jalan yang ada, aksesibilitas jaringan
jalan di kabupaten subang bersifat sentris, dimana pergerakan antar wilayah
yang berseberangan akan melewati ibu kota
Kabupaten Subang yang berada pada pusat wilayah kabupaten subang secara
keseluruhan. Hal ini sebenarnya merupakan potensi positif bagi kota subang
sebagai pusat dari CBD kabupaten subang dalam upaya pengembangan daerah, namun
disisi lain akumulasi dampak negatif muncul ketika tingkat pengelolan jaringan
jalan sebagai aksesibilitas pergerakan relatif rendah juga faktor kondisi
prasarana jalan dibeberapa segmen ruas jalan di kota yang masih dalam kondisi
rusak secara strukural. masih kurang nya apresiasi masyarakat sekitar terhadap
tingkat kinerja aksesibilitas yang dimiliki akan berdampak negatif terhadap
pengembangan daerah secara keseluruhan, hal ini terlihat pada tingkat
kepedulian masyarakat terhadap kondisi jaringan jalan bilamana jalan tersebut
dalam keadaan butuh perbaikan masih relatif rendah, ditambah lagi dengan upaya
penanganan pemerintah daerah yang dinilai sangat lamban terhadap kondisi
serupa. Tema "Rakyat Subang Gotong Royong Subang Maju" diharapkan
akan menjadi pemicu semangat Pemerintah Daerah sebagai pengelola
sekaligus warga subang secara keseluruhan dalam merealisasikan cita-cita luhur Kabupaten
Subang khususnya dalam upaya pengelolaan di atas. Secara kuantitas maupun
kualitas, kondisi angkutan umum di kota subang belum mampu mengakomodir
mobilitas masyarakat subang, hal ini disebabkan keterbatasan trayek/rute dari
angkutan kota yang belum menjangkau kawasan padat penduduk secara keseluruhan
yang mendorong masyarakat lebih memilih untuk menggunakan sarana transportasi pribadi dibandingkan angkutan
umum. Efek negatif dari kondisi tersebut sudah terlihat, dimana pada beberapa
ruas khususnya jalan pemukiman intensitas kemacetan menjadi lebih tinggi. hal
ini perlu perhatian lebih serius guna mengantisipasi situasi yang lebih parah
lagi di kemudian hari. Dengan belajar dari daerah lain yang jauh lebih maju,
konsekuensi dari kondisi ini akan mahal harganya jika tidak ditangani sejak
dini.
Penduduk
Kabupaten Subang berpenduduk 1.397.352 orang, yang terdiri atas 693.565 orang laki-laki dan
703.787 orang perempuan. Bila dilihat dari struktur umur, penduduk kabupaten Subang terdiri
atas 27,41 anak-anak yang berumur antara 0 sampai dengan 14 tahun, 8,02 %
usia remaja yang berumur 15 sampai dengan 19 tahun 33,83 % usia muda yakni
penduduk yang berumur 20 sampai dengan 39 tahun dan 30,74 % penduduk
berusia tua dan atau Lansia. Mayoritas penduduk Kabupaten Subang terdiri
atas Suku Sunda, yang sebagian besar beragama Islam.
Perekonomian
Karena sebagian besar penduduknya masih berpenghasilan utama sebagai petani
dan buruh perkebunan, maka perekonomian Subang masih banyak ditunjang dari
sektor pertanian. Subang wilayah Selatan banyak terdapat area perkebunan, seperti karet pada bagian Barat Laut dan Kebun Teh yang sangat luas. Subang terkenal sebagai salah satu
daerah penghasil buah nanas yang umumnya kita kenal dengan nama Nanas Madu. Nanas Madu dapat kita
temui di sepanjang Jalancagak yang merupakan persimpangan antara Wanayasa -
Bandung - Sumedang dan Kota Subang sendiri. Dodol nanas, keripik singkong dan
selai yang merupakan hasil home industry yang dapat dijadikan makanan
oleh-oleh.
Melalui program binaan dibawah naungan Yayasan Kandaga, para petani sedang
membudidayakan jamur tiram dan perikanan di desa Cipunagara. Sedangkan di desa
Cibogo, selain membudidayakan jamur tiram dan tanaman hias serta tanaman nilam,
Yayasan Kandaga juga menggalakkan ternak kelinci dan penyulingan minyak nilam
serta bioetanol. Dan saat ini sedang diupayakan untuk membudidaya ternak
kelinci, budidaya ternak lele bagi masyarakat yang memiliki sosial ekonomi
kurang beruntung yang terlibat di dalam Program Kesetaraan (Program Paket B)
dan Keaksaraan (PBH=Pemberantasan Buta Huruf) dalam rangka menggali dan
mengembangkan sumber daya lokal baik SDM maupun SDA yang ada serta untuk
melestarikan budaya bangsa dan mengembangkan wisata budaya wisata agro sebagai
aset bangsa khususnya di daerah tutugan G. Canggah yang berada diketinggian
1600 mdpl dengan dikelilingi panorama yang sangat mengagumkan. Sebagai
akselerasi dan penggerak program di atas, Yayasan Kandaga membuat suatu pusta
pelatihan dan Pemberdayaan masyarakat yang disebut PLPM Haur Kuning (Pusat
Latihan dan Pemberdayaan Masyarakat "Hayu Urang Kumpul Ningkatkeun
Elmu"). Hingga saat ini sudah seringkali dikunjungi dari negara Amerika Serikat, Korea Selatan/Korea Utara dan Jerman, termasuk dari tim akademisi perguruan tinggi lokal serta para praktisi
dari seluruh Indonesia dari Pendidikan Luar Sekolah (Pendidikan
Non-Formal)
Pendidikan
Kabupaten Subang sebagian besar penduduknya yang telah beruasia di atas 40 tahun hanya
mengenyam pendidikan Sekolah Dasar, sehingga untuk menggerakan perekonomian
rakyat perlu ditunjang dengan keterampilan. Untuk meningkatkan pembangunan saat
ini lebih ditekankan pada generasi dibawah 40 tahun. 10 % warga Subang
berada diluar subang untuk sekolah dan bekerja. Kondisi ini memberikan
kontribusi negatif terhadap kota Subang sendiri, disebabkan masyarakat subang
yang masih dalam kategori usia produkif lebih memilih sekolah dan bekerja ke
luar kawasan subang.pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana
pendidikan hakikatnya sudah dirintis oleh pihak Pemerintah Daerah, namun kendala fasilitas
penunjang demi kelancaran aktivitas pendidikan dipandang masih belum memadai.
perlunya keterlibatan dari semua pihak, agar pendidikan di kota Subang bisa
terselenggara dengan baik, yang tentunya akan berpengaruh terhadap kondisi
kabupaten Subang secara keseluruhan
Kawah Gunung Tangkuban Perahu, Subang-Bandung, Jawa Barat
Di antara rimbunnya perkebunan Teh, diwilayah Selatan, Kabupaten Subang
memiliki sumber mata air panas yang terus mengalir di daerah Ciater. Sari Ater
merupakan tujuan wisata yang sangat terkenal karena ke-khasan-nya dan ramai
pada saat liburan terutama pada saat liburan Hari Raya Lebaran. Sari Ater
selain menyediakan kolam pemandian air panas juga memiliki penginapan -
penginapan yang dikenal dengan Saung Kabayan sehingga sangat cocok bagi sebuah
keluarga yang ingin berlibur. Kemudian juga terdapat klinik kebugaran (Spa) air
panas yang letaknya berdekatan dengan obyek wisata Sari Ater. Selain itu Kabupaten
Subang memiliki tujuan wisata alam air terjun yang memiliki pemandangan
yang cukup indah dimana hingga saat ini belum dikelola secara serius yaitu Curug Cijalu] yang terletak di daerah
Sagalaherang dan Curug Cileat yang berada di Kecamatan Cisalak.sebelumnya juga ada Gunung berapi Tangkuban Perahu (su: Tangkuban Parahu)
yang memiliki keindahan kawahnya dan udaranya yang sejuk. di bagian subang
tengah sampai ke barat ada pantai pondok bali yang
setiap tahunnya di gelar festival
ruatan laut, di daerah ciasem juga ada pantai kalapa-kalapa tapi tidak begitu ramai
pengunjung karena pengetahuan masyarakat yang kurang. dan di daerah blanakan
ada tempat penangkaran buaya, di sana kita bisa melihat buaya dari yang masih bayi sampai ke buaya yg tertua.
Objek Wisata
Berikut beberapa Objek Wisata terkenal di Kabupaten Subang :
Wilayah Subang Selatan
- Capolaga Adventure Camp
- Ciater Highland Resort
- Curug Agung/ Batu Kapur
- Curug Bentang dan Desa Wangun Harja
- Curug Cibareuhbeuy
- Curug Cijalu
- Curug Cileat
- Desa Wisata Sari Bunihayu
- Kampoeng Jatimas
- Pemancingan Lembah Gunung Kujang
- Sariater Spa Spring Resort
- Gunung Tangkuban Parahu
Wilayah Subang Tengah
- Kolam Renang Ciheuleut
- Planet Waterboom
Wilayah Subang Utara
- Penangkaran Buaya Blanakan
- Pantai Kalapa Patimban
- Pantai Pondok Bali
Wisata Sejarah, Budaya dan Keagamaan
- Gedung Wisma Karya, Subang
Gedung ini terletak di Jl. Ade Irma Suryani, Subang. Gedung ini dibangun
ketika Masa Penjajahan Belanda. Gedung ini digunakan untuk Berdansa dan
berpesta ketika jaman itu. Namun sekarang gedung tersebut digunakan untuk public
space dan aktivitas masyarakat Kota Subang. Di Gedung ini juga terdapat Museum Sejarah Kabupaten Subang, salah
satunya patung tuan tanah, Willem Hofland.[4]
- Museum Daerah Wisma Karya
- Masjid Agung Kota Subang
- Gedung Gede / Big House
- Rumah Sejarah Perjanjian Kalijati
- Makam Nyai Subanglarang
Wisata Kuliner
- Oncom Dawuan
- Krupuk Miskin Purwadadi
- Nanas Simadu Jalan cagak
- Ubi Cilembu
- R.M. Mang Yeye
- Keripik Pisang 69
Kesenian
Subang memiliki beberapa Kesenian
yang tidak dimiliki oleh kabupaten/kota lain. Kesenian-kesenian tersebut
berkembang di masyarakat Subang sejak Masa Penjajahan dulu.
Berikut Kesenian dan Kebudayaan asli Kabupaten Subang :
Olahraga
Subang memiliki klub sepak bola,yang
bernama Persikas Subang,
yang bermain di Divisi
Tiga. Klub ini bermain di Stadion Persikas, Subang. Stadion Persikas juga sering dipakai
sebagai training center beberapa tim lainnya di Jawa Barat, seperti Persib Bandung, Persikab
Kabupaten Bandung, dan Bandung FC dalam masa pemusatan latihan
sebelum memulai kompetisi.
- Gambar
Perisai Bersudut Lima
Menggambarkan makna keselamatan negara, bangsa, masyarakat, dan agama.
Pohon Beringin Bergelombang 17
Dengan Akar Tunjang Delapan
Menggambarkan aspek sejarah
Kabupaten Subang (Kutawaringin); kesatuan bangsa yang berjiwa Pancasila dan
semangat Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia; pemerintahan sebagai pelindung rakyat; dan
pelaksanaan pembangunan daerah bidang material maupun spiritual.
Benteng Berkepala Lima Serta Benteng
Bagian Bawah Berbata Empat dan Lima di Bawah Pohon Beringin
Menggambarkan Pancasila sebagai
landasan idiil dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berkaitan pula dengan makna pembangunan material dan
spiritual.
Bintang Kuning Bersudut Lima
Menggambarkan karakteristik
masyarakat Kabupaten Subang yang selalu bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan mengangungkan agama.
- Teks
Benteng Pancasila
Menggambarkan warga Kabupaten
Subang yang senantiasa membentengi Pancasila sebagai landasan idiil negara
dari pihak-pihak yang akan menyelewengkannya. Teks ini juga menggambarkan tekad
masyarakat Kabupaten Subang untuk menjadikan Pancasila sebagai benteng mental dalam mencapai masyarakat
adil dan makmur yang diridoi Tuhan yang Maha Esa.
Karya Utama Satya Negara
Menggambarkan keutamaan karya untuk
kepentingan negara, bangsa, dan agama.
- Warna
Menggambarkan keluhuran budi dan
kebesaran jiwa.
Hijau tua pada dasar perisai
Menggambarkan kesuburan tanah.
Coklat
Menggambarkan kawasan pedataran.
Hijau muda
Menggambarkan kawasan pegunungan.
Biru
Menggambarkan kawasan pantai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar